Rabu, 30 November 2011

TINJAUAN TEORITIS ASTHMA BRONCHIALE


I.      ASTHMA BRONCHIALE
A.        Definisi Penyakit
Asthma bronchiale merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi, dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). (Kapita Selekta Kedokeran Edisi ke tiga jilid satu : 476).
Asthma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya therapi yang tepat, obstruksi ini disebabkan oleh adanya spasme otot lunak bronchiale, sekresi mukus yang berlebihan. (FKPP SPK se-jawa-barat 1996, : 36).
Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD) adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronkhospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai. (Suriadi, Skp, 2001 : 7)
Asthma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asthma. (Nastiyah, 1997 : 66)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa penyakit asthma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas yang ditandai oleh bronchospasme, inflamasi mukus yang berlebihan dengan gejala pernafasan (mengi dan sesak).
  
B.         Anatomi, Fisiologi dan Gambar Anatomi
Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu saluran pernafasan bagian atas yang terdiri dari hidung, pharing dan laring, saluran pernafasan bagian bawah yang terdiri dari trachea, bronkhus, bronhiolus dan alveolus.
1.      Hidung
Hidung meurpakan saluran pernafasan teratas, bagian interior dari hidung dibagi dalam paruhan kiri dan kanan oleh septum nasal. Setiap paruhan dibagi secara tidak lengkap menjadi empat, mengarah pada nasofaring. Area tepat dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung rambut yang kasar. Sisa dari interior dilapasi oleh membran mukosa.
2.      Pharing
Pharing berasa dibelakang mulut dan rongga nasal. Dibagi tiga bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringo pharing. Pharing juga merupakan saluran yang menghubungkan saluran pencernaan dan saluran pernafasan.
3.        Laring
Laring terletak didepan dari faring dan diatas permulaan dari trakea. Terutama terdiri dari tulang rawan tyroid dan cricoid, dan tujuh tulang rawan lain yang dihubungkan secara bersama oleh membran.
4.        Trachea
Terletak dibagian oesopagus yang terdiri dari lapisan mukosa, kelenjar sub mukosa dan dibawahnya terdapat jaringan otot yang terletak pada bagian depan yang menghubungkan kedua bagian tulang rawan. Trachea bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri, tempat percabangan disebut karina.
5.        Bronkhus
Bronkus primer dimulai dari karina, bronkus kanan lebih gemuk, lebih pendek, serta lebih vertikal bila dibandingkan bronkhus kiri. Bronkhus dilapisi oleh cilia yang berfungsi menangkap partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan.
6.        Bronchiolus
Bronchiolus merupakan cabang dari bronkhus yang dibagi menjadi saluran-saluran kecil yaitu bronchiolus terminal dan bronchiolus respirasi.
7.        Alveolus
Alveolus merupkan percabangan dari bronchiolus. Duktus alveolus menyerupai buah anggur, saccus alveolus mengandung alveolus yang merupkan unit fungional paru sebagai tempat pertukaran gas.
8.        Paru-paru
Unit dasar dari struktur paru-paru dipertimbangkan adalah lobulus sekunder. Beratus-ratus dari lobulus ini membentuk masing-masing paru-paru. Setiap lobulus merupakan miniatur dari paru-paru dengan percabangan bronchial.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan gambar “pohon” Bronchial dan paru-paru pada gambar dibawah ini.

A.        Etiologi
Asthma dimbul secara familiar, dimana jika adanya faktor lingkungan berinteraksi dengan faktor keturunan akan timbul penyakit.
Sampai saat ini etiologi asthma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asthma adalah fenomena hiperreakyivitas broncus.  Broncus penderita asthma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non-imunologi.
Rangsangan atau pencetus yang sering menimbulkan asthma perlu diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1.     Alergen utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan.
2.     Iritan seperti asap, bau-bauan, pollutan.
3.     Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus.
4.     Perubahan cuaca yang ekstrim.
5.     Kegiatan jasmani yang berlebihan.
6.     Lingkungan kerja.
7.     Obat-obatan.
8.     Emosi.

B.         Patofisiologi
Asthma dapat dibagi menjadi dua kategori besar : ekstrinsik (alergi) dan intrinsik (non-alergi). Asthma ekstrinsik disebabkan oleh agent seperti : debu, tepung sari, kain serangga, jamur, rokok, obat dan makanan. Bentuk athma inibiasanya dimulai saat kanak-kanak. Sedangkan asthma intrinsik tidak dapat dengan mudah dikenai alergen dan biasanya dimulai pada saat dewasa (>35 tahun).

C.        Tanda dan Gejala
Objektif
v  Sesak nafas yang berat dengan ekspirasi disertai dengan wheezing.
v  Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sulit dikeluarkan.
v  Bernapasan dengan menggunakan alat-alat napas tambahan.
v  Cyanosis, tachicardi, gelisah, pulsus paradoksial.
v   Fase ekspirasi memenjang disertai wheezing (diapex dan hilus).

Subjektif
v  Klien merasa sukar bernafas, sesak, anoreksia.

Psikososial
v  Cemas, takut, dan mudah tersinggung.
v  Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya.


Keterangan : Skor 4 atau lebih disangkakan asthma berat dan klien harus secara hati-hati diobservasi untuk menentukan adakah respon dari teraphy atau segera dikirim kerumah sakit.




A.                Manajemen Medik
                Prinsip-prinsip penatalaksaan asthma bronkhial :
1.     Diagnosis status asthmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan:
        ·          Saatnya serangan
        ·          Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis).
2.     Pemberian obat bronchodilator.
3.     Penilaian terhadap perbaikan serangan.
4.     pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
5.     Setelah serangan mereda :
·                     Cari faktor penyebab.
·                     Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.

        Obat-obatan
1.      Broncodilator
Broncodilator ini dipakai secara inhalasi atau parenteral, jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatometik maka sebaiknya diberikan aminopilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan. Demikian sebaliknya, bila bumnya telah digunakan obat golongan teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
  Obat-obatan bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap adrenoreseptor yang mempunyai sifat lebih selektif dan masa kerja lebih lama serta efek lebih kecil dibandingkan dengan bentuk non-selektif :
·         Obat-obat bronchodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek sampingsistemik lebih kecil baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan dewasa.
·         Obat-obat brochodilator simpatomimetik memberi efek samping takhicardia, pemggunaan parenteral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan serebrovaskuler.
·         pemberian aminophilin secara intra vena dosis awal lima sampai enam miligram/Kg BB dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan dalam 5-10 menit.
2.      Cortikosteroid
3.      Pemberian oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan dialiri air untukmemberikan kelembaban
4.      Beta Agonists merupakan pengobatan awal yang digunakan dalam pengobatan asthama dikarenakan obat ini bekerrja dengan jalan mendilatasikan otot polos.

B.     Data Fokus Pengkajian
1.      Wawancara
a.       Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, suku bangsa, No. Register dan alamat identitas penanggung jawab terdiri dari nama, usia, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, agama, hubungan dengan klien dan alamat.
b.      Riwayat kesehayan
1)      Keluhan utama
Merupakan keluhan yang ditemukan saat pengkajian
2)      Riwayat kesehatan sekarang
Menceritakan kapan klien mengalami kejadian seperti sekarang, sifat klien, lamanya kejadian, serta gejala-gejala kejadian yang mengalami riwayat kesehatan.


3)      Riwayat kesehatan keluarga
Perlu diketahui untuk memperoleh data apakah dalam keluarga klien terdapat penyakit keturunan atau penyakit-penyakit karena lingkungan yang dapat memperberat penyakit klien

2.      Pemeriksaan fisik
Digunakan untuk memperoleh data objektif dari riwayat keperawatan klien ada empat tahap teknik dalam pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada klien dengan gangguan sistem pernapasan :
a.       Sistem pernafasan
Adanya jumlah frekuensi nafas  yang dilakukan permenit dalam keadaan istirahat
b.      Sistem cardiovaskuler
Dapat ditemukan adanya peningkatan denyut nadi, peningkatan tekanan darah terutama pada saat penyakit kambuh
c.       Sistem perkemihan
Dikaji apakah adanya retensi urine, warna urine dan keadaan tentang alat perkemihan.
d.      Sistem pencernaan
Dikaji ditemukan anoreksia atau tidak, penurunan motilitas usus
e.   Sistem Mukuloskeletal
tidak adanya keterbatasan gerak, atropi otot, penurunan kekuatan otot, massa otot, tonus otot dan deformitas.
f.    Sistem Integumen
      Tidak terdapat iritasi kulit, jaringan yang rusak, perubahan warna kulit.
g.   Sistem Persyarafan
yang perlu dikaji adalah fungsi serebral, fungsi saraf kranial, fungsi sensorik dan motorik.
3.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Chest X-ray
b.      Pemeriksaan fungsi paru
c.       TLC ( peningkatan pada luasnya bronkhitis )
d.      Kapasitas inspirasi
e.       Bronchogram
f.       Darah komplit
g.      Kimia Darah
h.      Sputum kultur
i.        FEVI/FVC
j.        ABGs
k.      ECG
l.        Exercise ECG, Stress Test

C.    Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah kesehatan atau masalah keperawatan. (Nasrul Effendi, 1998 : 97).

D.    Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.      Gangguan pertukaran gas (fase ekspirasi yang memanjang) sehubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekret dan adanya bronchospasme.
2.      Jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan peningkatan produksi sputum.
3.      Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan sehubungan dengan kurangnya informasi.


E.     Perencanaan
1.      Tujuan
-          Gangguan pertukaran gas dapat diatasi
-          Jalan nafas efektif
-          Pengetahuan pasien tentang proses penyakit dan pengobatannya meningkat
2.      Tindakan keperawatan untuk tiap diagnosa
-          Observasi tanda-tanda vital
-          Kaji kecepatan, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan
-          Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk meningkatkan ekspirasi paru
-          Anjurkan pasien napas lambat
-          Kaji warna kulit dan perubahan mukosa membran
-          Dorong pasien batuk efektif untuk mengeluarkan sputum, lakukan suction apabila perlu
-          Auskulasi suara napas, dengarkan adanya ronchi, wheezing dan suara napas abnormal lainnya.
-          Kaji penurunan tingkat kesadaran
-          Berikan lingkungan yang tenang
-          Batasi aktifitas
3.      Auskultasi suara napas, catat adanya wheezing, ronchi dan crackles
-          Kaji dan observasi tanda-tanda vital terutama kecepatan pernapasan
-          Observasi adanya dyspnea, kelelahan, kecemasan, kesulitan bernapas dan penggunaan otot tambahan dalam bernapas
-          Anjurkan pasien untuk mengatur posisi yang nyaman
-          Kurangi polusi lingkungan, seperti debu, asap rokok debu dan kapuk
-          Dorong pasien untuk melatih napas dengan otot pernapasan perut adalah bernapas melalui mulut.
-          Observasi karakteristik, batuk kering atau ada sputum
-          Berikan intake cairan 2000 cc/hari selama tidak ada kontraindikasi
4.      Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
-          Berikan penjelasan tentang proses penyakit dan pengobatannya
-          Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
-          Ajarkan dan dorong pasien untuk melakukan latihan napas dalam
-          Anjurkan pasien dengan menjaga kebersihan mulut dan gigi
-          Jelaskan efek merokok terhadap paru-paru dan anjurkan pasien untuk berhenti merokok
-          Gejala sesak napas (udara yang kering, temperatur lingkungan yang terlalu tinggi)
-          Anjurkan pasien untuk menghindari individu yang sedang mengalami infeksi saluran napas.


DAFTAR PUSTAKA


-          Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
-          Carpenito, L. J. 1995. Diagnosa Keperawatan. Edisi 6, Jakarta EGC.
-          Effendy Nasrul. 1998. Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC.
-          Kapita Selekta Kedokteran. 1999. Media Aesculapius FKUI, Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta.
-          Pearce. C. Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia.
-          Somatri Irman. SKp. 2003. Medical Surgical Nursing. Cimahi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar